Sebuah Sekolah Katolik Akan Berganti Menjadi Sekolah Agama Islam Di Blackburn

Diposting oleh SMP Roudlotul Aqoidi Bangil | Kamis, Oktober 28, 2010 | | 0 komentar »


Sebuah sekolah dasar Katolik di jantung kota Lancashire, Inggris tampaknya akan menjadi sekolah pertama di negara itu yang berganti menjadi sekolah Islam.

Satu dekade lalu, Sacred Heart RC Primary School di Blackburn adalah sebuah sekolah Katolik yang berkembang, dengan 91 persen murid yang mengaku mempelajari agama. Kini jumlah tersebut berkurang tidak lebih dari 3 persen.

Akibatnya, Keuskupan Salford—yang bertanggung jawab dalam mengelola sekolah tersebut—menyimpulkan bahwa sekolah ini tidak lagi layak bagi Gereja Katolik untuk tetap dikelola. Sebaliknya, masa depan sekolah tampaknya akan diserahkan kepada sebuah masjid lokal yang berdekatan dengannya.

Sebenarnya, sekolah itu sekarang mempunyai 197 murid dari kelompok etnis minoritas, kebanyakan dari India dan Pakistan. Secara keseluruhan, sekitar 97 persen dari murid di sekolah ini adalah Muslim. Di dekatnya, berdirilah sebuah sekolah Muslim yang mapan dan sukses, Tauheedul Islam Girls 'High School, yang menampung 383 murid dan berulang kali telah tercatat sebagai 10 sekolah top di negeri itu, berdasarkan kinerja ujian. Sekolah Muslim ini sudah menyatakan minatnya dalam mengambil alih Sacred Heart RC Primary School .

Hamid Patel, kepala sekolah Tauheedul, mengatakan: "Kami adalah satu-satunya sekolah yang ada di sini [sebagaimana dinilai oleh Ofsted] dan kami adalah satu-satunya sekolah menengah yang ada di daerah ini.

"Kami sangat tertarik untuk bekerja sama. Kami akan mempertimbangkan kedua pilihan [menjalankannya sebagai sekolah agama atau menjadi mitra pemimpin dalam menjalankan sekolah]."

Menurut laporan yang disampaikan kepada eksekutif Darwen Borough Council Blackburn, jika Sacred Heart menjadi sebuah sekolah Islam maka akan "memberikan keragaman yang meningkat ... dan menawarkan sebuah sekolah agama yang sesuai dengan penduduk kota." (sa/independent)

Siswa Tak Lulus UN Tak Perlu Cemas

Diposting oleh SMP Roudlotul Aqoidi Bangil | Selasa, April 27, 2010 | | 0 komentar »

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh meminta kepada para orang tua dan siswa yang belum lulus ujian nasional tingkat SMA dan yang sederajat agar tidak risau, karena bisa mengulang ujian itu pada 10-14 Mei 2010.

"Tidak lulus salah satu atau seluruh mata pelajaran ujian nasional (UN) 2010 masih terbuka kesempatan UN ulangan bagi siswa yang tidak lulus, sehingga siswa memiliki kesempatan mengulang agar lulus," ujarnya usai melantik Rektor Unversitas Ngeri Jakarta (UNJ) Prof Dr Bedjo Sujanto, MPd di Jakarta, Senin (26/4/2010).

Ia menyatakan optimis bahwa siswa yang gagal dalam UN SMA 2010 akan dapat lulus, karena sebagian besar atau 64 persen siswa yang gagal UN 2010 hanya dalam satu mata pelajaran, seperti sebagian besar mereka tidak lulus dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan Biologi.

Oleh karena itu, ia meminta kepala sekolah dan siswa yang belum lulus pada UN SMA 2010 agar mempersiapkan belajar secara serius tentang mata pelajaran yang tidak lulus pada UN tersebut sehingga dapat mengerjakan UN ulangan dengan minimal nilai 5,5.

Menurut Mendiknas, banyaknya siswa yang tidak lulus UN SMA dan yang sederajat pada UN 2010 atau turun empat persen dibanding 2009, antara lain proses belajar di sekolah tidak optimal.

Pihaknya akan melakukan evaluasi dan analisis tentang jenis mata pelajaran yang sebagian besar siswa gagal mengerjakan, letak sekolah dan wilayahnya.

UN 2010 di DKI: Hasil Kelulusan Diatas Rata-rata Nasional

Diposting oleh SMP Roudlotul Aqoidi Bangil | Selasa, April 27, 2010 | | 0 komentar »

Tingkat kelulusan ujian nasional (UN) bagi tingkat SMA dan SMK di provinsi DKI Jakarta untuk tahun ajaran 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009.

"Untuk tahun ini memang turun, tapi masih lebih baik dari rata-rata nasional," kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Balaikota Jakarta, Senin (26/4/2010).

Hari Senin (26/4) ini pengumuman kelulusan tingkat SMA dan SMK serentak dilakukan di seluruh nusantara dan tingkat kelulusan secara nasional untuk tingkat SMA sebesar 89,88 persen sementara di DKI Jakarta kelulusan mencapai 90,672 persen.

Meskipun demikian, Gubernur optimis bahwa angka kelulusan ini akan bertambah karena masih akan dilakukan ujian ulangan yang akan dilaksanakan tanggal 10-14 Mei mendatang.

"Ini belum final, karena masih ada ujian susulan. Tunggu tanggal mainnya. Sekarang pun kelulusan tetap di atas rata-rata nasional. Harapan saya tentu akan jauh membaik setelah ujian susulan," kata Fauzi.

Data dari Dinas Pendidikan DKI mencatat tahun 2010 tingkat kelulusan untuk SMA sebesar 90,672 persen (turun dari tahun 2009 sebesar 95,8 persen) sementara kelulusan SMK sebesar 92,18 persen (turun dari tahun 2009 sebesar 97,65 persen).

Rinciannya, tingkat kelulusan di Jakarta Pusat sebesar 83,547 persen, Jakarta Utara dan Kepulauan seribu 83,340 persen, Jakarta Barat 95,250 persen, Jakarta Selatan 92,099 persen dan Jakarta Timur 92,817 persen.

Sedangkan untuk tingkat SMK tingkat kelulusan mencapai 92,18 persen dengan rincian Jakarta Selatan 93,70 persen, Jakarta Timur 92,99 persen, Jakarta Barat 95,93 persen, Jakarta Utara 86,06 persen dan Jakarta Pusat 86,22 persen. (berita8.com)

Sekolah Swasta Unggul Dalam Pendidikan Agama

Diposting oleh SMP Roudlotul Aqoidi Bangil | Jumat, Maret 19, 2010 | | 0 komentar »

BEKAL pendidikan agama tampaknya masih menjadi pertimbangan utama para orang tua dalam menyekolahkan anak-anaknya. Sekolah negeri yang terlalu umum dan plural dianggap kurang bisa mengakomodir pendidikan agama terutama bagi anak-anak di sekolah dasar.

Meski saat ini tengah ramai digembar-gemborkan sekolah gratis di sekolah negeri, namun sebagian orang tua ternyata tetap memilih sekolah swasta sebagai tempat menimba ilmu bagi anak-anaknya karena alasan tersebut.

Ahmad Budiarno seorang pegawai swasta lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah swasta dibandingkan di sekolah negeri. Ahmad memilih menyekolahkan anaknya Robin Fauzi, di SD As-safi'iyah Bekasi.

"Saya kan bekerja, jadi waktu untuk mendidik anak itu kurang. Saya pilih sekolah ini karena pendidikan agamanya lebih baik daripada sekolah negeri", kata Ahmad yang ditemui ketika mengantarkan anaknya masuk sekolah, Senin (13/7).

Hal senada disampaikan Iwan, ayah dari Fanny yang duduk di kelas tiga SD As-syafiiyah Bekasi. "Disini anak saya dapat bekal agama yang lebih kuat. Karena ada ektrakurikuler bermuatan agama. Anak saya disini ikut kelas Iqro", kata Iwan.

Meski demikian, Iwan mengakui ada keinginannya untuk memindahkan anaknya ke sekolah negeri jika sudah menginjak kelas empat. Menurut Iwan pada usia sekitar kelas empat, bekal agamanya dirasa sudah cukup. Selain itu ia menilai, dengan lulus di sekolah swasta si anak akan lebih sulit untuk menembus SMP negeri unggulan di Jakarta.

"Apalagi sekolahnya yang sekarang ini di Bekasi. Saya maunya masuk SMP di Jakarta. Di Bekasi SMP yang bagus itu masih jarang, lagipula letaknya jauh-jauh", tegas Iwan.

Pendapat agak berbeda diutarakan Sawiyah. Ibu rumah tangga ini mengaku menyekolahkan anaknya di sekolah swasta karena terpaksa. "Anak saya nilainya kurang jadi enggak bisa masuk negeri", kata ibu dari Raeswari siswa kelas tiga SD Islam As-safi'iyah Bekasi. Sawiyah mengatakan, andai saja nilai anaknya mencukupi, tentu ia lebih memilih sekolah gratis di SD Negeri.

Menurut wakil kepala sekolah bidang kesiswaan SD As-syafi'iyah Muhammad Joko, kebijakan pemerintah yang membebaskan biaya uang sekolah ikut memberikan dampak kepada sekolah swasta. "Antisipasi kami adalah dengan meningkatkan pelayanan bidang agama. Kalau tidak begitu ya jelas sekolah kami kalah bersaing dengan yang gratis itu", kata Joko.

Jadi anda pilih yang mana, pendidikan agama kuat atau yang gratis uang sekolah? Semua tergantung prioritas dan kebutuhan buah hati anda.

sumber : http://www.tribun-timur.com

Sertifikasi 2010 untuk Guru (Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru 2010)

Diposting oleh SMP Roudlotul Aqoidi Bangil | Rabu, Maret 17, 2010 | | 0 komentar »

Sertifikasi 2010 untuk Guru

PERSYARATAN PESERTA SERTIFIKASI GURU


1. Persyaratan Umum

2. Persyaratan Khusus untuk Uji Kompetensi melalui Penilaian Portofolio

3. Persyaratan Khusus untuk guru yang diberi sertifikat secara langsung



1. Persyaratan Umum

(a) Guru yang masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional yaitu guru yang mengajar di sekolah umum, kecuali guru Agama. Sertifikasi guru bagi guru Agama (termasuk guru Agama yang memiliki NIP 13) dan semua guru yang mengajar di Madrasah (termasuk guru bidang studi umum yang memiliki NIP 13) diselenggarakan oleh Departemen Agama dengan kuota dan aturan penetapan peserta dari Departemen Agama. Sesuai Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal PMPTK dan Sekretaris Jenderal Departemen Agama Nomor SJ/Dj.I/Kp.02/1569/2007, Nomor 4823/F/SE/2007 Tahun 2007.

(b) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan formal yang diangkat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, 1 Desember 2008 (Pasal 67).

(c) Guru bukan PNS harus memiliki SK sebagai guru tetap dari penyelenggara pendidikan, sedangkan guru bukan PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK dari dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota.

(d) Pada tanggal 1 Januari 2011 belum memasuki usia 60 tahun.

(e) Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).



2. Persyaratan Khusus untuk Uji Kompetensi melalui Penilaian Portofolio

(a) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S‐1) atau diploma empat (D‐IV) dari program studi yang memiliki izin penyelenggaraan

(b) Memiliki masa kerja sebagai guru (PNS atau bukan PNS) minimal 5 tahun pada suatu satuan pendidikan dan pada saat Undang‐Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terbit yang bersangkutan sudah menjadi guru. (Contoh perhitungan masa kerja lihat urutan prioritas penetapan peserta pada BAB III).

(c) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang belum memiliki kualifikasi akademik S‐1/D‐IV apabila sudah:1) Pada 1 Januari 2010 mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau 2) mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a.



3. Persyaratan Khusus untuk guru yang diberi sertifikat secara langsung

(a) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki kualifikasi akademik magister (S‐2) atau doktor (S‐3) dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang diampunya, atau guru kelas dan guru bimbingan dan konseling atau konselor, dengan golongan sekurang‐kurangnya IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b.
Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki golongan serendah‐rendahnya IV/c atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c.

Sumber : Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru 2010, Dirjen PMPTK

Efek Negatif Facebook

Diposting oleh SMP Roudlotul Aqoidi Bangil | Kamis, Februari 18, 2010 | | 0 komentar »

Beberapa efek negatif facebook dari sebuah Penelitian dan laporan dari majalah Daily ,seperti yang ditulis dibawah ini :) :

Suatu hubungan mulai menjadi kering ketika para individunya tak lagi menghadiri social gathering, menghindari pertemuan dengan teman-teman atau keluarga, dan lebih memilih berlama-lama menatap komputer (atau ponsel). Ketika akhirnya berinteraksi dengan rekan-rekan, mereka menjadi gelisah karena “berpisah” dari komputernya :D .

Si pengguna akhirnya tertarik ke dalam dunia artifisial. Seseorang yang teman-teman utamanya adalah orang asing yang baru ditemui di Facebook atau Friendster akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi secara face-to-face. Perilaku ini dapat meningkatkan risiko kesehatan yang serius, seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia (kepikunan), demikian menurut Dr Aric Sigman dalam The Biologist, jurnal yang dirilis oleh The Institute of Biology.

Pertemuan secara face-to-face memiliki pengaruh pada tubuh yang tidak terlihat ketika mengirim e-mail. Level hormon seperti oxytocin yang mendorong orang untuk berpelukan atau saling berinteraksi berubah, tergantung dekat atau tidaknya para pengguna. Beberapa gen, termasuk gen yang berhubungan dengan sistem kekebalan dan respons terhadap stres, beraksi secara berbeda, tergantung pada seberapa sering interaksi sosial yang dilakukan seseorang dengan yang lain.

Menurutnya, media elektronik juga menghancurkan secara perlahan-lahan kemampuan anak-anak dan kalangan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial dan membaca bahasa tubuh. “Salah satu perubahan yang paling sering dilontarkan dalam kebiasaan sehari-hari penduduk Inggris adalah pengurangan interaksi dengan sesama mereka dalam jumlah menit per hari. Kurang dari dua dekade, jumlah orang yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang dapat diajak berdiskusi mengenai masalah penting menjadi berlipat.”

Kerusakan fisik juga sangat mungkin terjadi. Bila menggunakan mouse atau memencet keypad ponsel selama berjam-jam setiap hari, Anda dapat mengalami cidera tekanan yang berulang-ulang. Penyakit punggung juga merupakan hal yang umum terjadi pada orang-orang yang menghabiskan banyak waktu duduk di depan meja komputer. Jika pada malam hari Anda masih sibuk mengomentari status teman Anda, Anda juga kekurangan waktu tidur. Kehilangan waktu tidur dalam waktu lama dapat menyebabkan kantuk berkepanjangan, sulit berkonsentrasi, dan depresi dari sistem kekebalan. Seseorang yang menghabiskan waktunya di depan komputer juga akan jarang berolahraga sehingga kecanduan aktivitas ini dapat menimbulkan kondisi fisik yang lemah, bahkan obesitas.

Tidak heran jika Dr Sigman mengkhawatirkan arah dari masalah ini. “Situs jejaring sosial seharusnya dapat menjadi bumbu dari kehidupan sosial kita, namun yang kami temukan sangat berbeda. Kenyataannya situs-situs tersebut tidak menjadi alat yang dapat meningkatkan kualitas hidup, melainkan alat yang membuat kita salah arah,” tegasnya.

Namun, bila aktivitas Facebook Anda masih sekadar sign in, mengonfirmasi friend requests, lalu sign out, tampaknya Anda tak perlu khawatir bakal terkena risiko kanker, stroke, bahkan menderita pikun. :-(

Lesson Study : from "teaching as telling" to "teaching for understanding"

Diposting oleh SMP Roudlotul Aqoidi Bangil | Kamis, Februari 18, 2010 | | 0 komentar »

What is Lesson Study ?

"Derived from the Japanese word jugyokenkyuu, the term 'lesson study' was coined by Makoto Yoshida...it can also be translated in reverse as 'research lesson', which indicates the level of scrutiny applied to individual lessons."

Lesson study is the primary form of professional development for Japanese teachers. Its goal is continual improvement of teaching so that children will learn more. Its primary focus is how students think and learn. It differs from other forms of professional development because it takes place in the moment of teaching and learning. Its focus, as described by Jim Stigler and James Hiebert in The Teaching Gap, is teaching not teachers, children working, not children’s work.

The success of a lesson study is measured in teachers’ learning, not in the perfection of a lesson. That better lessons are created is asecondary byproduct of the process but not its primary goal. Groups of teachers work to formulate lessons that are taught, observed, discussed, and defined. Teachers engage in lesson study only a couple of times a year because the process is intense.

In Japan, teachers improve their teaching through "lesson study," a process in which teachers jointly plan, observe, analyze, and refine actual classroom lessons called "research lessons". Lesson study is widely credited for the steady improvement of Japanese elementary mathematics and science instruction. Since 1999, lesson study has rapidly emerged in many sites across the United States.
In Lesson Study teachers:
• Think about the long-term goals of education - such as love of learning and respect for others;
• Carefully consider the goals of a particular subject area, unit or lesson (for example, why science is taught, what is important about levers, how to introduce levers);
• Plan classroom "research lessons" that bring to life both specific subject matter goals and long term goals for students; and
• Carefully study how students respond to these lessons - including their learning, engagement, and treatment of each other.

Lesson study involves groups of teachers meeting regularly over a period of time (ranging from several months to a year) to work on the design, implementation, testing, and improvement of one or several "research lessons" (Stigler & Hiebert, 1999). Research lessons are actual classroom lessons, taught to one's own students, that are (a) focused on a specific teacher-generated problem, goal, or vision of pedagogical practice, (b) carefully planned, usually in collaboration with one or more colleagues, (c) observed by other teachers, (d) recorded for analysis and reflection, and (e) discussed by lesson study group members, other colleagues, administrators, and/or an invited commentator (Lewis & Tsuchida, 1998).

During a three-year investigation of Japanese education, Lewis (2000) found that Japanese teachers were able to successfully shift their approach to teaching science from "teaching as telling" to "teaching for understanding" through intense studying and sharing during lesson study. Japanese teachers believe that time spent studying their lessons will subsequently improve their teaching. Furthermore, they believe that the most effective place to improve their teaching is in the context of a classroom lesson (Stigler & Hiebert, 1999). Japanese teachers consistently credit research lessons as the key to individual, school-wide, and national improvement of teaching (Lewis, 2000).

Sumber Artikel (klik di sini)

Facebook : beberapa dampak negatifnya

Diposting oleh SMP Roudlotul Aqoidi Bangil | Kamis, Februari 18, 2010 | | 0 komentar »

Facebook merupakan salah satu layanan jaringan sosial internet yang gratis dimana kita dapat membentuk jaringan dengan mengundang teman kita. Dan dari jaringan yang kita bentuk, dari facebook kita dapat memperhatikan aktifitas mereka, mengikuti permainan/ join game yang direkomendasikan, menambahkan teman atau jaringan kita berdasarkan organisasi sekolah, daerah domisili kita dan seterusnya.

Pengguna jejaring sosial Facebook sudah mencapai 300 juta orang, kurang lebih setara dengan jumlah penduduk Amerika Serikat.

“Jumlah pengguna memang sangat banyak, tetapi yang kami pikirkan dari jumlah tersebut adalah bahwa kami baru saja mulai mencapai tujuan kami, yakni menghubungkan setiap orang,” kata Mark Zuckerberg, Chief Executive Officer Facebook pada blog-nya. “ Mark Zuckerberg tidak memperhatikan dampak negatif dari facebook ……………………!!!!!!!!!!

Melihat perkembangan yang begitu pesat dari facebook. Terdapat beberapa dampak negatif (tidak sehat) yang melanda facebookmania dan jejaring sosial sekitarnya. Menurut saya dampak negatif ( tidak sehat ) dari facebook tersebut sebagai berikut :

  1. Banyak waktu yang terbuang sia-sia dan tidak bermanfaat.
  2. Penurunan produktifitas dalam bekerja ( yang jadi prioritas adalah facebook dulu ).
  3. Berkurangnya silaturahmi di dunia nyata.
  4. Dapat memicu pergaulan bebas yang tanpa batas. Terbuka peluang selingkuh heheheh……..
  5. Menjadi faktor resiko penyakit degeneratif, seperti jantung, kanker, stroke. Karena kurang geraknya anggota tubuh.
  6. Beresiko terjadinya beberapa penyakit fisik karena terlalu lama duduk dan memegang mouse. Seperti sakit punggung, nyeri sendi.
  7. Anda juga kekurangan waktu tidur. Kehilangan waktu tidur dalam waktu lama dapat menyebabkan kantuk berkepanjangan, sulit berkonsentrasi, dan depresi dari sistem kekebalan.
sumber :http://www.sobatsehat.com/