Tinggalkan Model Kelas Konvensional

Diposting oleh SMP Roudlotul Aqoidi Bangil | Senin, Oktober 19, 2009 | | 0 komentar »

Oleh: Puspitarini Muyassaro SPd
Guru SMA Al Aziz Bangil, Pasuruan

Selama ini, kelas yang digunakan siswa untuk belajar adalah kelas konvensional. Bangku dan meja untuk siswa berjajar menghadap ke depan kelas. Ruang kelas tersebut membuat guru lebih aktif dan mendominasi pembelajaran, sedangkan siswa pasif mendengarkan guru bicara. Padahal, konsep pembelajaran yang produktif adalah menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran.

Sebuah sekolah di Pondok Kelapa, Jakarta, mendesain ulang ruang belajarnya. Yakni, menempatkan kursi dan meja berbentuk letter U. Uniknya, di tengah ruangan yang kosong, diletakkan karpet dan beberapa bantal. Maksud desain tersebut adalah supaya semua anak dapat mengikuti pelajaran dengan menyenangkan.

Dengan begitu, kalaupun ada yang enggan belajar sambil duduk di kursi, mereka bisa turun dan duduk, jongkok, atau tidur-tiduran di karpet tersebut.

Hasilnya luar biasa. Dengan menerapkan desain ruang tersebut, siswa mampu menyerap pembelajaran sampai 90 persen. Sebaliknya, dengan desain kelas konvensional hanya 70 persen. Lebih jauh, sumber belajar siswa bukan hanya guru semata, tapi juga dari teman-temannya.

Hal tersebut membuktikan bahwa desain ruang belajar yang menyenangkan menumbuhkan motivasi yang positif dalam belajar, sehingga berbanding linier dengan hasil dari pembelajaran.

Mendesain ruang belajar atau kelas sering terlupakan, bahkan mungkin sama sekali tidak pernah terlintas dalam benak guru. Kelas-kelas konvensional yang itu-itu juga tanpa sadar membuat kita lupa bahwa selain menjemukan, juga tidak ideal untuk pembelajaran. Padahal, hal tersebut ternyata turut memengaruhi kecerdasan siswa (Wiranto:2008).

Selain mendesain ulang ruang belajar konvensional menjadi lebih menarik, guru bisa memanfaatkan alam sebagai ruang belajar yang menyenangkan. Alam adalah sumber pengetahuan yang luas dan melimpah. Beberapa penemu dunia mampu menghasilkan karya-karya fenomenal lantaran memanfaatkan alam. Newton bahkan berhasil menemukan ide tentang teori gravitasi hanya karena duduk di bawah pohon apel yang buahnya terjatuh di dekatnya.

Karena itu, tidak heran jika akhir-akhir ini banyak sekolah mempunyai konsep kembali dan memanfaatkan alam sebagai bagian dari metode pembelajaran. Sekolah-sekolah unik tersebut membuat ruang belajar tidak hanya dibuat senatural mungkin, tapi juga menempatkan kelas-kelasnya menyatu dengan alam.

Di sawah, kebun, sungai, di antara rumah-rumah penduduk, pasar, dan tempat lainnya, siswa bisa belajar mengenai realitas kehidupan. Melalui cara itu, kecerdasan majemuk siswa akan mendapat stimulasi yang baik.

Mereka juga dirangsang untuk berpikir kritis serta produktif. Dengan begitu, dalam pembelajaran, mereka tidak dijejali rumus. Melainkan, mereka sendirilah yang menemukan rumus tersebut. Karena itu, kelas-kelas yang kembali didesain ulang tersebut saya namakan kelas kehidupan.

Di situ, siswa tidak hanya bertindak sebagai robot yang kaku. Tapi, mereka betul-betul hidup. Begitupun dengan guru. Seorang teman yang mengajar di sekolah alam bahkan mengaku kewalahan menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswanya. Dia pun terpacu meningkatkan kompetensinya. (oki)

0 komentar