SMAN 1 Bangil Pasuruan: Berpacu Mengejar Target Internasional

Diposting oleh SMP Roudlotul Aqoidi Bangil | Sabtu, November 07, 2009 | | 0 komentar »

Oleh: Mukti Ali/Pena

Lokasi boleh tidak di pusat kota, namun nilai rata-rata Ujian Nasional menduduki peringkat pertama tingkat nasional. Pembenahan manajemen dan perecanaan menjadi resepnya.
LOKASINYA masih 14 km dari pusat kota Pasuruan, sebuah kota kecil di JawaTimur. Namun, prestasinya membuat iri seluruh SMA di Indonesia. Soalnya, tahun 2006 lalu SMAN 1 Bangil menduduki peringkat pertama nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) tingkat nasional.
Karuan saja, ketika menjelang dan pada saat berlangsungnya Ujian Nasional, SMAN 1 Bangil mendapat banyak perhatian dari media nasional. “Kami sangat senang Anda bisa berkunjung ke sekolah kami,” kata H. Prayitno M.Pd, 51 tahun, Kepala Sekolah SMAN 1 Bangil, kepada wartawan yang berkunjung ke sana.
Wajar saja, prestasi yang diraih SMAN 1 Bangil memang tidak tanggung-tanggung. Sebab diraih untuk tiga jurusan sekaligus. Masing-masing adalah IPA dengan total nilai 28,37, IPS total nilai 28,23, serta Bahasa dengan nilai 28,22.
“Kami sendiri heran, prestasi itu kebablasan,” ujar Kepala Litbang SMAN 1 Bangil, Chairul Anwar, berseloroh. Soalnya, sedianya mereka hanya memasang target menembus prestasi lima besar atau sepuluh besar se-Jawa Timur saja.
Secara fisik, fasilitas SMAN 1 Bangil tak berbeda dengan SMA lainnya di Tanah Air. Di lahan seluas dua hektare di Jalan Bader Nomor 3 Bangil itu, sekolah tersebut dilengkapi sejumlah laboratorium. Mulai dari Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, Bahasa, Multimedia, serta Komputer.
Dari depan sekolah, tampak lapangan olah raga yang cukup layak. Sebuah mushola memperkuat identitas sekolah sebagai bagian Pasuruan sebagai kota santri. Di bagian depan kanan lahan sekolah, berdiri Student Center untuk berbagai kegiatan siswa. Sekolah ini juga memiliki ruang terbuka yang ditata secara khusus untuk arena belajar di luar kelas.
Namun, menurut Chairul, fasilitas itu tak ada artinya jika manajemen sekolah amburadul. Hal itu, kata Chairul, sangat menjadi perhatian Kepala Sekolah SMAN 1 Bangil, H. Prayitno M.Pd.
Pertama-tama, kata Chairul, Prayitno merombak struktur kepemipinan sekolah menjadi lima bidang. Dengan demikian, wakil kepala sekolah tidak hanya meliputi bidang Kurikulum, Kesiswaan, Sarana Prasarana, dan Humas saja. Tambahannya adalah bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang). “Bidang ini bertugas melakukan evaluasi, analisis, dan membuat perencanaan jangka panjang,” ujar Chairul.
Kini, perencanaan pengembangan sekolah sudah dibuat hingga 2011. Pada saat itu, SMAN 1 Bangil diharapkan menjadi Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI). “Sekarang kan masih merintis,” ujarnya. Dengan terget itu, ia berharap ada peningkatan mutu sekolah, pegawai/guru, serta belajar siswa.
Dengan sarana dan prasarana yang terbilang memadai, Prayitno menilai, hal utama yang wajib dibenahi adalah kompetensi serta kekompakan kerja para pegawai. SMAN 2 Bangil kini memiliki 98 “awak”. Sebanyak 70 di antaranya adalah guru.
Dari jumlah tersebut, 51 orang di antaranya guru PNS. Sebagian besar dari mereka telah mengantongi ijazah S1. Sedangkan lima di antaranya berijazah S2. Sisanya adalah 4 guru bantu, dan 14 guru tidak tetap.
“Di tangan merekalah prestasi siswa serta kredibilitas SMAN 1 Bangil dipertaruhkan,” ujar Chairul. Karena itu, Prayitno selalu menghimbau kepada setiap pegawai untuk selalu menjalankan tugas sebaik mungkin. Sedangkan khusus untuk guru dihimbau untuk senantiasa proaktif dalam setiap kegiatan baik di dalam maupun di luar sekolah.
Kepedulian dan aktivitas guru SMAN 1 Bangil tersebut dibuktikan dengan terpilihnya enam guru asal sekolah tersebut sebagai Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kabupaten Pasuruan. Malahan, di antara mereka ada Lautri Ramadhani, yang juga menjadi Ketua MGMP Bahasa Jepang Propinsi Jawa Timur serta instruktur nasional Bahasa Jepang.
Untuk menyongsong Sekolah Nasional Bertaraf Internasional, baik guru maupun nonguru di SMAN 1 Bangil wajib mengikuti kursus Bahasa Inggris. Sedangkan pembenahan di kalangan siswa. Dilakukan dengan menerapkan dua macam kelas bagi siswa di luar penjurusan. Yakni, kelas reguler dan kelas unggulan. “Kelas reguler untuk siswa yang kemampuan akademisnya biasa, sedangkan kelas unggulan adalah kelas yang siswanya lebih pandai,” kata Prayitno.
Pemisahan kelas tersebut dilakukan hanya di kelas satu dan dua saja. Klasifikasinya didasarkan pada penjurusan. Di kelas tiga, kedua kelas itu lalu diacak. “Agar siswa yang pandai bisa menularkan kepandaiannya kepada siswa dari kelas reguler,” Prayitno menambahkan.
Meski pembenahan telah dilakukan sejak enam tahun silam itu, tahun lalu Prayitno melakukan pembenahan ulang ketika SMAN 1 Bangil ditunjuk sebagai SMA rintisan Sekolah Nasional Bertaraf Internasional Kabupaten Pasuruan.
Karena ini, murid angkatan 2006/2007 kemudian dikelompokkan dalam tiga kelas: reguler, unggulan, dan Kelas Rintisan Berstandar Internasional sebagai perwujudan rintisan Sekolah Nasional Bertaraf Internasional SMAN 1 Bangil. Pengelompokan dilakukan berdasarkan nilai tes Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia terhadap 320 siswa baru.
Siswa peringkat 160 besar kemudian dites Bahasa Inggris berupa listening, interview, serta presentasi dalam Bahasa Inggris. Lalu, ditambah lagi tes Psikotes. Siswa ranking 72 besar berhak masuk di kelas KRBI. Sedangkan sisanya masuk di kelas Unggulan. Selebihnya duduk di kelas reguler.
Selain menggenjot prestasi akademis siswa dengan pola pembagian kelas, SMAN 1 Bangil juga menerapkan program belajar intensif, atau kegiatan belajar tambahan di luar jam formal. Program ini dinamakan Program Pelajaran Plus. Tambahan jam belajar tersebut hanya diberikan selama satu jam.
Program tersebut diterapkan sejak kelas satu, khususnya bagi sisa kelas unggulan. Beberapa mata pelajaran dalam program tersebut di antaranya adalah Matematika, Fisika, Kimia, Biologi serta Bahasa Inggris. Mata pelajaran tambahan yang diberikan pada semua kelas adalah Akhlakul Karimah sebagai muatan lokal Pasuruan sebagai Kota Santri.
Dengan adanya program plus tersebut, dengan sendirinya jumlah jam pelajaran bertambah pula. Jika jam belajar formal dimulai dari pukul 07.00, dengan adanya program plus siswa haruskan masuk pada jam 06.00. Jika tetap masuk pukul 07.00, tambahan pelajaran diberikan selepas bel pulang.
Program intensif lebih diperketat di kelas III. Sejak pertengahan semester pertama, kelas ini sudah dipacu dengan intensif setiap hari. Bahkan sepanjang semester dua di kelas III program try out diagendakan sebanyak delapan kali. Targetnya, seluruh siswa sukses dalam Ujian Nasional serta SPMB.
Kendati SMAN 1 Bangil baru merintis Sekolah Nasional Bertaraf Internasional bekerjasama dengan SMAN 3 Malang, siswa kelas III menyambut baik. “Kurang lebih 40 siswa berminat mengikuti sertifikasi Cambridge,” ujar Penanggungjawab SNBI SMAN 1 Bangil, Sugiono S.Pd. Padahal untuk mengikuti ujian Cambridge, siswa wajib membayar Rp 900.000 setiap mata pelajaran, mulai dari Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia serta Biologi.
Atas upayanya itu SMAN 1 Bangil meraup sederet prestasi. Sepanjang 2003-2005, misalnya, sekolah ini mampu mendapat peringkat kedua nilai rata-rata Ujian Nasional Jurusan Bahasa se-Jawa Timur. Sedangkan pada Jurusan IPA dan IPS, SMAN 1 Bangil masuk dalam lima besar se-Kabupaten. Pesaing paling ketat, menurut Chairul, datang dari SMAN 1 Pandaan tahun lalu menduduki peringkat ketiga nasional nilai rata-rata Ujian Nasional Jurusan IPA.
Prestasi SMAN 1 Bangil juga mendapat perhatian Japan Foundation. Pada 2001 lalu, sebanyak 17 siswanya mampu meraih nilai 10 dalam Ujian Nasional Bahasa Jepang. Bahkan, dalam dua tahun terakhir, dua siswa SMAN 1 Bangil, Husain Choiri dan Isna Rahmawati, berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat.
Prestasi akademis siswa, menurut Chairul, memang menjadi acuan keberhasilan pengelolaan sebuah sekolah. Tetapi, bagi Ketua MGMP BP/BK Kabupaten Pasuruan itu, peran guru BP/BK SMAN 1 Bangil yang tidak kalah penting. Peran yang dimaksud berupa menciptakan kultur sekolah yang mampu memotivasi dan menumbuhkan semangat belajar siswa.
Kendati geliat akademisnya lebih menonjol, SMAN 1 tak mengenyampingkan kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah yang berdiri sejak 1981 itu juga menawarkan sejumlah kegiatan ekskul. Sebut saja, Pramuka, drum band, kesenian, olahraga, maupun karya ilmiah. (sumber http://www.penapendidikan.com/sman-1-bangil-pasuruan-berpacu-mengejar-target-internasional/)

0 komentar